Slamet Rijadi (Solo, Jawa Tengah, 26 Juli 1927 – Ambon, Maluku, 4 November 1950) adalah pahlawan nasional
Karir militer
Pada tahun 1940, ia menyelesaikan pendidikan di HIS, ke Mulo Afd. B dan kemudian dilanjutkan ke Pendidikan Sekolah Pelayaran Tinggi ,dan memperoleh ijasah navigasi laut dengan peringkat pertama dan mengikuti kursus tambahan dengan menjadi navigator pada kapal kayu yang berlayar antar pulau Nusantara. Setelah pasukan Jepang, mendarat di Indonesia melalui Merak, Indramayu dan dekat Rembang pada tanggal 1 Maret 1942 dengan kekuatan 100.000 orang ,dan walaupun memperoleh perlawanan dari Hindia Belanda , tetapi dalam waktu singkat yaitu pada tanggal 5 dan 7 Maret 1942 , kota Solo dan Yogjakarta jatuh ketangan Jepang.
Slamet Rijadi merasa terpanggil membela ibu pertiwi, dan menjelang proklamasi 1945 , ia mengobarkan pemberontakan dan melarikan sebuah kapal kayu milik Jepang, usaha Ken Pei Tai untuk menangkapnya tidak pernah berhasil , bahkan setelah Jepang bertekuk lutut. Slamet Rijadi berhasil menggalang para pemuda, menghimpun kekuatan pejuang dari pemuda-pemuda terlatih eks Peta/Heiho/Kaigun dan merekrutnya dalam kekuatan setingkat Batalyon , yang dipersiapkan untuk mempelopori perebutan kekuasaan politik dan militer di
Dalam perkembangannya terjadi pergantian pimpinan militer , Divisi X dirubah menjadi Divisi IV, dengan Panglimanya Mayor Jenderal Soetarto dan divisi ini dikenal dengan nama Divisi Panembahan Senopati, yang membawahi 5 Brigade tempur . Diantaranya Brigade V dibawah pimpinan Suadi dan mempunyai Batalyon XIV dibawah komando Mayor Slamet Rijadi , yang merupakan kesatuan militer yang dibanggakan. Pasukannya terkenal dengan sebutan anak buah "Pak Met" . Selama agresi Belanda II , pasukannya sangat aktif melakukan serangan gerilya terhadap kedudukan militer Belanda, pertempuran demi pertempuran membuat sulit pasukan Belanda dalam menghadapi taktik gerilya yang dijalankan Slamet Rijadi. Namanya mulai disebut-sebut karena hampir di-setiap peristiwa perlawanan di
Sewaktu pecah pemberontakan PKI-Madiun, batalyon Slamet Rijadi sedang berada diluar kota Solo, yang kemudian diperintahkan secara langsung oleh Gubernur Militer II - Kolonel Gatot Subroto untuk melakukan penumpasan ke arah Utara, berdampingan dengan pasukan lainnya, operasi ini berjalan dengan gemilang.
Dalam palagan perang kemerdekaan II, Slamet Rijadi dinaikkan pangkatnya menjadi Letnan Kolonel, dengan jabatan baru Komandan"Wehrkreise I" ( Penembahan Senopati )yang meliputi daerah gerilya Karesidenan Surakarta, dan dibawah komando Gubernur Militer II pada Divisi II , Kolonel Gatot Subroto. Dalam perang kemerdekaan II inilah Let.Kol. Slamet Rijadi, membuktikan kecakapannya sebagai prajurit yang tangguh dan sanggup mengimbangi kepiawaian komandan Belanda lulusan Sekolah Tinggi Militer di Breda
Setelah terjadi gencatan senjata , dan pada waktu penyerahan
Pada tanggal 10 Juli 1950, Letnan Kolonel Slamet Rijadi, berangkat dengan kapal Waikalo dan memimpin batalyon 352 untuk bergabung dengan pimpinan umum operasi - Panglima TT VII - Kolonel Kawilarang, dalam penugasan menumpas pemberontakan Kapten Andi Aziz di Makasar dan pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS) yang dipelopori oleh Dr.Soumokil dan kawan-kawan.
*Patung Slamet Rijadi di depan Rumah Sakit AD Slamet Riyadi,
*Karir,Pangkat,Jabatan Kegiatan, Pendidikan ,Operasi Militer Waktu
*Siswa, MULO Afd.B Pertahanan Bumi Putra 1940
*Sekolah Tinggi Pelayaran Rekrutmen Pemuda oleh tentara Jepang 1943
*Navigator kapal kayu Pemberontakan kapal,milik Jepang 1945
*Dan.Yon.Res.I, Divisi I Perang di Krsd. Solo melawan Jepang & Belanda 1945
*Dan.Yon.Res.I, Divisi I Penumpasan pemberontakan PKI Madiun 1948
*Dan.Wehrkreise I Perang Kemerdekaan II, Serangan Umum Solo 1949
*Wakil Pemerintah RI Penyerahan
*Komando Yon.352 Mendukung Div.Siliwangi menumpas APRA di Jabar. 1949
*Wakil.Panglima TT VII. Penumpasan Pemberontakan di Makasar, RMS Ambon 1950
*Wakil.Panglima TT VII. Gugur di gerbang benteng
*Brigadir Jendral Anumerta Kenaikan pangkat atas jasa almarhum 1950
Tidak ada komentar:
Posting Komentar